BMKG and PUPR hosted Special Session 9 of WWF-10


[22 Mei 2024] BMKG dan PUPR Perkuat Kolaborasi Internasional melalui Special Session WWF-10 tentang Pusat Keunggulan Ketahanan Iklim dan Air

Bali – Forum Air Dunia ke-10 atau World Water Forum (WWF-10) yang digelar di Bali menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen dalam memperkuat ketahanan air dan iklim di tingkat global. Pada Rabu, 22 Mei 2024, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar Special Session 9 bertajuk “Establishing Cooperation for Center of Excellence for Water and Climate Resilience (CoE)”.

Sesi khusus ini dirancang untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor, baik nasional maupun internasional, guna membangun pemahaman bersama mengenai pentingnya Center of Excellence (CoE) sebagai wadah kolaborasi, inovasi, dan pengembangan kapasitas dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya air.

Paparan Tokoh Nasional dan Internasional

Sesi pertama dipandu oleh Dr. Ardhasena Sopaheluwakan yang menghadirkan sejumlah pembicara utama, di antaranya Kepala BMKG, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG, perwakilan PUPR, serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Dalam kesempatan ini, Prof. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menyampaikan pandangan strategis terkait konsep CoE dari perspektif Indonesia. Beliau menegaskan bahwa keberadaan CoE sangat penting untuk meningkatkan ketahanan negara-negara, khususnya dalam menghadapi ancaman hidrometeorologi yang semakin kompleks akibat perubahan iklim.

Sementara itu, Dr. Nelly Florida Riama, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BMKG, menyoroti berbagai model dan mekanisme pengembangan kapasitas yang dapat menjadi fondasi bagi penguatan CoE. Ia menekankan peran BMKG sebagai WMO Regional Training Center dan Virtual Laboratory Center of Excellence, yang selama ini telah berkontribusi signifikan dalam memperkuat kapasitas SDM di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika, baik di Indonesia maupun kawasan regional.

Dr. Nelly juga menegaskan kembali komitmen BMKG untuk terus memperluas kerja sama, baik dengan lembaga nasional maupun internasional, dalam rangka mendukung misi CoE sebagai pusat pembelajaran, penelitian, dan kolaborasi lintas sektor.

Sinergi dan Diskusi Internasional

Setelah paparan utama, sesi dilanjutkan dengan diskusi panel mengenai sinergi internasional yang dipandu oleh Dr. Raditya Jati. Diskusi ini menghadirkan berbagai perspektif dari perwakilan lembaga internasional, akademisi, hingga praktisi yang sama-sama berfokus pada isu ketahanan air dan iklim.

Sebagai bagian dari pendekatan partisipatif, sesi ini juga menghadirkan working group discussion yang dipimpin langsung oleh Kepala BMKG. Para peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk membahas isu-isu strategis, antara lain: program pengelolaan air untuk Small Island Developing States (SIDSs), pemberdayaan pemuda dalam ketahanan iklim, pengelolaan ekosistem danau, mekanisme pendanaan untuk program ketahanan air, serta strategi penguatan CoE sebagai pusat kolaborasi global.

Komitmen Indonesia di Panggung Dunia

Melalui penyelenggaraan Special Session ini, Indonesia menunjukkan posisinya sebagai salah satu negara yang aktif mendorong kolaborasi global dalam isu air dan iklim. BMKG, sebagai lembaga teknis pemerintah, tidak hanya berperan dalam penyediaan data dan informasi iklim, tetapi juga dalam membangun kapasitas SDM, memperkuat sistem peringatan dini, dan memfasilitasi kerja sama internasional.

Kegiatan ini sekaligus mencerminkan komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk mendukung agenda global dalam mencapai ketahanan air dan iklim yang berkelanjutan, khususnya bagi negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi.

 

BMKG